Architects: Cubeinside
Area: 464 m²
Year: 2023
Photographs: Asif Salman, Khandaker Ashifuzzaman Rajon
Manufacturers: Bangladesh Thai Aluminum, Crown Cement, Mirpur Ceramic, Nasir Glass, RAK
Lead Architects: Khandaker Ashifuzzaman Rajon, Shakhawat Hossain Rocky
Electrical Consultants: Thermo Ambient
Lighting Designers: Platform Solutions
Associate Architect: Mehri Farnaz
Construction Supervisors: Anis Khan Shanto, Abdullah Al Jaber
Structure Engineer: Amimul Ehsan
Mep & Hvac Consultant: Amimul Ehsan
City: Kalkini
Country: Bangladesh
Semiotika Abstrak
Masjid Bait Ur Raiyan adalah sebuah masjid berskala kecil yang terletak di lokasi pedesaan Bangladesh di dekat Sungai Arial Kha. Desain khusus ini merupakan latihan interpretasi abstrak Simbolisme dasar Arsitektur Islam. Geometri telah menjadi alat utama abstraksi ini dalam mentransformasikan baik bentuk maupun kualitas spasial.
Pendekatan yang berpusat pada manusia telah diadopsi untuk menciptakan ruang bagi komunitas, dibuat tetap sakral namun tetap intim, menggunakan bahan-bahan lokal seperti bata merah, sementara lampu memainkan peran paling penting dalam meningkatkan entitas spiritual masjid.
Baca Juga : Masjid Mamluki Lancet di kota AL-MASAYEL Kuwait
Simbolisme
Melalui interpretasi geometris merupakan ciri penting seni dan arsitektur Islam. Islam mengatur pendekatan simbolik atau sugestif daripada representasi literal dalam bentuk apa pun. Hal ini menjadikan geometri sebagai salah satu alat paling vital dalam abstraksi simbolisme dalam desain masjid, yang dikembangkan melalui filosofi dan cara hidup.
Di masjid khusus ini, ringkasan proyek memiliki persyaratan tegas untuk memiliki elemen simbolik tradisional sebuah masjid, seperti kubah, menara, dan lengkungan. Kriteria yang diberlakukan ini diambil sebagai sebuah kesempatan oleh para desainer untuk menerapkan abstraksi simbol-simbol tradisional dalam arsitektur masjid melalui konsep “Semiotika Abstrak.” Prinsip ini diterapkan pada massa terukur, ruang, dan aspek tak terukur lainnya dengan tingkat persepsi yang lebih dalam.
Kubah
Kubah terapung, memungkinkan cahaya matahari masuk ke bagian dalam, memberikan pengalaman luasnya langit. Menara diukir sebagai elemen pahatan yang menjulang ke langit. Pintu masuk masjid diubah dari lengkungan biasa menjadi lengkungan volumetrik, sehingga semakin mengundang.
Skala yang berpusat pada manusia dimaksudkan dengan mengukir volume persegi panjang sederhana yang mewakili stabilitas. Masjid satu lantai dengan ketinggian yang tinggi ini memberikan pengalaman cemerlang kepada penggunanya dalam hal kualitas tata ruang. Masjid memberikan spiritualitas tidak hanya melalui kualitas spasial tetapi juga melalui sentuhan dan penglihatan.
Baca Juga : Mengenal sejarah Masjid Istiqlal, Masjid terbesar yang ada di indonesia
Material
Menggunakan batu bata merah, yang merupakan warisan sejarah Masjid di Bangladesh. Warna merah tua pada batu bata memberikan kontras lembut dengan tanaman hijau di sekitar area tersebut. Meskipun penutupnya terbuat dari batu bata, lantai dan alasnya terbuat dari batu, terutama marmer. Lantai marmernya berpori dan menjaga lantai tetap sejuk bahkan selama gelombang panas musim panas yang terik.
Ini telah digunakan sebagai elemen bangunan di sini dan bukan hanya sebagai parameter lingkungan. Selain cahaya langsung dari lubang di sisi Utara dan Selatan, beberapa lampu tidak langsung telah dirancang untuk menembus dinding dan kubah, sehingga meningkatkan spiritualitas.
Baca Juga : Masjid Kubah Emas di Depok
Kesimpulan
Karena masjid relatif lebih sepi pada hari-hari lain kecuali Jumat siang, bangunan tersebut lebih bergantung pada ventilasi dan pendinginan alami daripada terlalu bergantung pada alat mekanis, sehingga memangkas biaya yang tidak perlu. Bukaan besar memastikan banyak cahaya dan udara. Suasana seluruh ruang salat dipercantik dengan jendela atap yang menjaga area tersebut tetap terang.
Sumber: ArchDaily